Semenjak turun dari fery tidak ada yang bisa menjadi perhatian, kecuali tikungan yang selalu membuat oleng serta jalan yang kerap terasa anjlok, yang menyebabkan rem harus diinjak mendadak. Dalam waktu sebentar saja, cikal-bakal Jalan Trans Sumatera sudah kami lewati. Penerangannya tidak begitu terang. Kami menyebutnya cikal-bakal karena kami kadung mengira akan menempuh highway sampai ke Jambi, a national highway.
Melaju di bawah kondisi hujan dan jalanan yang belum seratus persen membuat kami saling bertanya, “kalau seperti ini berapa jam sampai kota?”. “Ya, kalau jalannya nanti terasa mulai halus, itu tandanya sudah dekat ke kota”. Pening.
Kami gagal untuk merasakan jarak tempuh. Sejak dari Bakauheni, rasa berkendaranya sama saja, was-was. Jarum spedometer dikunci pada angka maksimal 60 km/jam, kecepatan yang juga sangat jarang bisa dicapai.
Kemarin, kami mendapat kabar baik bahwa MBC Lampung akan melakukan sambut lepas dari perbatasan ke perbatasan. Kami kira, itu dimulai sejak dari pelabuhan. Tetapi, Lampung yang dimaksud ternyata adalah kotanya, bukan provinsinya. Ini yang kami bahas di radio.
Setelah melaju kira-kira 3 jam lamanya, terdengar suara masuk dari radio, “selamat datang teman-teman MBC Banten. Kami saudara-saudara dari Lampung mengucapkan selamat datang”. Seketika buyar pikiran untuk berhenti dulu, rehat dan menyeruput kopi sebelum makan sahur.
Menjelang pukul 02.00 rangkaian diarahkan berbelok masuk ke rumah makan oleh rekan-rekan MBC Lampung, yang kini menjadi convoy comander. Di tempat ini, rekan-rekan lainnya dari MBC Lampung ternyata juga sudah menunggu.
Sesudah makan malam, di tempat yang sederhana ini, sebuah kehormatan yang besar begitu kami rasakan. Dari MBC Lampung menuturkan, sebenarnya mereka sudah lama punya mimpi bersama untuk driving ke Eropa, dan mengelilinginya. Tetapi, entah kapan bakal terlaksana.
Oleh karena itu, malam ini MBC Lampung hendak memberikan apa yang sudah mereka bikin untuk mimpinya. Delapan buah benda seperti brevet diberikan kepada Tim Mengembara Lintas Benua. Brevet ini akan disematkan nanti setibanya di Kota Stuttgart, yakni di tempat Mercedes Benz juga diabadikan dalam museum.
Bersama kami, sebuah jip dan sedan Mercedes Benz akan pulang kampung ke Jerman. Lalu, kami akan membawanya lagi pulang ke Banten.