Menanam Jiwa Dalam Nusantara 1

“Mingkar-mingkuring angkara,
akarana karenan mardi siwi,
sinawung resmining kidung, sinuba sinukarta,
mrih kretarta pakartining ilmu luhung,
kang tumrap ing tanah Jawa,
agama ageming aji”.
(Serat Wedhatama, pupuh I, KGPAA Mangkunegara IV)

(Saya berniat) Meredam nafsu angkara dalam diri, hendak berkenan mendidik generasi,

tersirat dalam indahnya tembang, dihias penuh variasi, agar menjiwai hakekat ilmu luhur,

yang berlangsung di tanah Jawa (Nusantara), religi sebagai ukuran derajat diri.

 

Bait pertama Serat Wedhatama ini menunjukkan bahwa mendidik (memberikan edukasi) itu harus menyenangkan. Betapapun ilmu yang akan diajarkan itu penting, jika cara mengajarkannya menjemukan maka hakekat ilmu itupun tidak sampai diserap oleh murid. Bait pertama tersebut, menjadi inspirasi kami untuk menjadikannya salah satu dasar melakukan perjalanan Mengembara Lintas Benua. Bagi kami, Mengembara Lintas Benua ini adalah salah satu cara kami mendidik Alan dengan cara momong dan memberikan ruang bermain alternatif untuknya.

Anak seusia Alan, bermain memang menjadi dunianya. Dimana ia bisa bermain, maka ia akan merasa senang. Hal itulah yang coba kami pahami, bagaimana agar anak seusia Alan merasa senang, nyaman, dan tidak jenuh dalam melakukan perjalanan dengan waktu yang lama. Mulai dari bertanya, mainan apa yang akan ia bawa dari rumah, serta barang apa saja yang menurutnya penting dan akan dibawa sewaktu roadtrip nanti.

Boneka Dipsy, Star dan Mickey Mouse, Alan pilih pertama kali.
“Kasihan kalau ditinggal sendiri..” kata Alan.
Mainan domino rally, flash card bendera-bendera negara, dan spidol warna-warni, Alan kumpulkan dalam tas sekolahnya. Kenapa saya pilih tetap membawa mainan Alan?. Dengan membawa mainan kesayangannya, kami berharap Alan tidak merasa kosong, sepi dan kehilangan. Walaupun tidak dipungkiri nantinya akan bertemu dengan mainan baru lagi yang lebih beragam.

Sehari sebelum keberangkatan,

Alan sedari pagi sudah tidak sabar untuk menata mobil Nusantara 1. Stiker abjad yang sudah dibeli ditempel di jok dan pintu mobil. Boneka-boneka ditatanya sendiri di bagian dashboard belakang. Tas sekolah berisi barangnya, ia tata di bawah joknya. Ngomoo……ooong terus, sembari mengatur posisi duduk saya nantinya. “Umi di sini sama Alan, Star, Dipsy, Mickey di sana, Abi di depan sama om Rio ya…?’ ujarnya. Tak peduli siang itu panas terik, Alan sangat antusias menyiapkan semuanya sendiri. Ia bergerak ke sana ke mari, loncat-loncat kegirangan diselingi tawa.

Kami sengaja melibatkan Alan untuk menata KR Nusantara 1 sesuai apa yang ia inginkan. Supaya dia juga merasa memiliki ikatan dengan perjalanan ini. Kami ingin menjadikan mobil ini bukan hanya sebagai benda mati, tapi sebagai sebuah bagian dari keluarga kami. Supaya mampu menjiwai hakekat laku luru ngelmu luhur yang akan kami jalani.